SURAU.CO-Al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi memperkenalkan ilmu tajwid dan harakat Al-Qur’an yang memungkinkan umat membaca Al-Qur’an dengan benar, fasih, dan menjaga makna setiap ayat. Ilmu tajwid dan harakat Al-Qur’an yang ia kembangkan membantu murid memahami bacaan lebih mendalam, meminimalkan kesalahan, dan menumbuhkan kecintaan pada kitab suci. Ulama hingga kini terus mengajarkan metode Al-Farahidi agar generasi pembaca Al-Qur’an tetap fasih dan penuh hikmah.
Al-Farahidi lahir di Basrah pada abad ke-8 M. Sejak kecil, ia menunjukkan kecintaan luar biasa terhadap bahasa Arab. Ia menekuni fonetik, linguistik, dan sastra Arab, sehingga mampu merumuskan sistem pembacaan yang akurat. Ia tidak hanya menulis teori, tetapi juga mengajarkan murid-murid membaca Al-Qur’an secara langsung. Pengalaman ini menunjukkan dedikasinya menanamkan ilmu tajwid dan harakat secara praktik, sehingga setiap generasi memperoleh manfaat langsung dan berkesinambungan.
Selain bakat linguistiknya, Al-Farahidi dikenal sangat zuhud dan fokus pada ilmu. Ia menghabiskan waktu berjam-jam untuk meneliti cara membaca Al-Qur’an yang tepat. Murid yang belajar langsung darinya merasakan ketelitian dan ketekunan gurunya. Banyak murid yang mengaku membaca Al-Qur’an dengan lebih percaya diri dan memahami makna ayat setelah mengikuti metode ini. Kehidupan Al-Farahidi membuktikan bahwa ilmu yang disertai ketekunan, kesabaran, dan niat ikhlas akan memberi manfaat abadi bagi umat.
Sejarah Ilmu Tajwid dan Harakat: Fondasi Pembelajaran Al-Qur’an
Al-Farahidi menyusun sistem tajwid dan harakat Al-Qur’an untuk menstandarkan bacaan di berbagai wilayah. Ia menciptakan tanda baca seperti fathah, kasrah, dammah, sukun, dan panjang-pendek huruf (madd), sehingga pembaca bisa mengekspresikan bacaan dengan tepat dan sesuai makna. Sebelum metode ini, umat Muslim mengandalkan hafalan lisan dari guru masing-masing, yang kadang menyebabkan variasi pelafalan dan kekeliruan makna.
Ia mengajarkan murid membaca Al-Qur’an sesuai tanda baca yang ia ciptakan. Para murid mempraktikkan setiap huruf dengan teliti, memperhatikan panjang, pendek, dan nada bacaan. Tanda baca ini meningkatkan kefasihan pembaca Al-Qur’an dan mempermudah murid memahami makna ayat. Bahkan non-Arab pun dapat membaca Al-Qur’an dengan mudah karena metode ini. Hal ini menunjukkan pengalaman Al-Farahidi yang terus memberi manfaat lintas generasi.
Metode yang ia ciptakan juga memengaruhi kurikulum pesantren, buku panduan tajwid, dan aplikasi pembelajaran Al-Qur’an modern. Guru-guru menggunakan prinsip Al-Farahidi untuk melatih murid membaca Al-Qur’an secara tepat, meminimalkan kesalahan, dan meningkatkan kecintaan pada kitab suci. Setiap generasi memperoleh pengetahuan baru melalui metode ini, menegaskan warisan abadi Al-Farahidi.
Dampak Spiritual dan Praktis dari Metode Al-Farahidi
Selain aspek teknis, Al-Farahidi menekankan pentingnya niat dan kesungguhan saat membaca Al-Qur’an. Ia mengajarkan murid agar hati tetap khusyuk, bacaan tidak sekadar suara, tetapi juga sarana memperkuat iman. Pendekatannya menciptakan pengalaman membaca Al-Qur’an yang spiritual, mendekatkan pembaca pada Allah, dan meningkatkan kualitas ibadah sehari-hari.
Metode ini membangun kebiasaan positif bagi umat. Anak-anak yang belajar tajwid sejak dini dengan sistem Al-Farahidi merasa lebih percaya diri dan senang membaca Al-Qur’an. Guru yang mengajarkan metode ini melihat peningkatan motivasi murid karena mereka memahami makna ayat secara langsung. Dengan cara ini, ilmu yang ia ciptakan bersifat hijau: menumbuhkan keberkahan, kecintaan pada Al-Qur’an, dan pembiasaan baik yang abadi.
Warisan Al-Farahidi tetap relevan hingga era modern. Banyak generasi sekarang menggunakan aplikasi belajar Al-Qur’an, buku panduan tajwid, dan kurikulum pesantren yang masih mengikuti prinsipnya. Umat Muslim membaca Al-Qur’an dengan fasih, memahami makna ayat, dan mengaplikasikan bacaan dalam kehidupan sehari-hari. Dedikasi Al-Farahidi menunjukkan bahwa ilmu yang bermanfaat akan terus memberi cahaya bagi umat. Murid yang mempraktikkan metode ini ikut melestarikan karomah ilmunya, sehingga setiap bacaan Al-Qur’an menjadi ibadah penuh keberkahan. (Hendri Hasyim)
Eksplorasi konten lain dari Surau.co
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
